Dianggap Kritis, Remaja Asal Banyuwangi ini ditaguhkan Facebook, Karena dianggap terlalu kritis?

Dianggap Kritis?

Banyak status-status yang telah dibuat oleh remaja ini untuk membuat negara ini (Indonesia) menjadi lebih baik, dalam hal berpikir tentang keberagaman yang ada di Indonesia, maksudnya ialah agar menciptakan perdamaian serta toleransi dalam beragama dan berbudaya, sudah kita tahu bahwa negara ini adalah negara yang banyak keberagaman didalamnya yang mencakup keseluruhannya diantaranya, suku Batak, suku Sunda, suku Madura, suku Betawi, suku Bugis, suku Melayu, suku Dayak, suku Banten, suku Bali, suku Sasak, suku Makassar, suku Cirebon, dan lainnya.

(Baca Juga :Kematian Remaja 15 tahun, Setelah Diintimidasi Dengan Applikasi "sayat.me")

Kenapa akun remaja ini ditagguhkan oleh Facebook, apakah ada segelintir kelompok yang kurang suka dengan status yang ia buat sehingga akunnya ditaguhkan? seakan statusnya memiliki makna SARA yang ketika kita membacanya tidak terpikir dalam hati dan pikiran bahwa dia tidak ada maksud memecahkan belah bangsa ini, melainkan berkeinginan untuk mempersatukan bangsa ini dan menjadi rukun serta damai.


Beginilah status yang ia buat di akun Facebooknya,

"WARISAN"

Ditulis oleh Afi Nihaya Faradisa


Kebetulan saya lahir di Indonesia dari pasangan muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di Swedia atau Israel dari keluarga Kristen atau Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk Islam sebagai agama saya? Tidak.

Saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah dilahirkan. Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan, dan agama saya juga
warisan.

Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.

Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agama, ras, suku, dan kebangsaan kita. Setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri. Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar.

Saya mengasihani mereka yang bukan muslim, sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka.

Ternyata, teman saya yang Kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya.

Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani Yesus sebagai Tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka, begitulah ajaran agama mereka berkata.

Maka, Bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.

Jalaluddin Rumi mengatakan, "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh."

Salah satu karakteristik umat beragama memang saling mengklaim kebenaran agamanya.

Mereka juga tidak butuh pembuktian, namanya saja "iman". Manusia memang berhak menyampaikan ayat-ayat Tuhan, tapi jangan sesekali mencoba jadi Tuhan.

Usah melabeli orang masuk surga atau neraka sebab kita pun masih menghamba. Latar belakang dari semua perselisihan adalah karena masing-masing warisan mengklaim, "Golonganku adalah yang terbaik karena Tuhan sendiri yang mengatakannya".

Lantas, pertanyaan saya adalah kalau bukan Tuhan, siapa lagi yang menciptakan para Muslim, Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, bahkan ateis dan memelihara mereka semua sampai hari ini?

Tidak ada yang meragukan kekuasaan Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa saja menjadikan kita semua sama. Serupa. Seagama. Sebangsa. Tapi tidak, kan?

Apakah jika suatu negara dihuni oleh rakyat dengan agama yang sama, hal itu akan menjamin kerukunan?

Tidak!

Nyatanya, beberapa negara masih rusuh juga padahal agama rakyatnya sama.

Sebab, jangan heran ketika sentimen mayoritas vs. minoritas masih berkuasa, maka sisi kemanusiaan kita mendadak hilang entah kemana.


Bayangkan juga seandainya masing-masing agama menuntut agar kitab sucinya digunakan sebagai dasar negara. Maka, tinggal tunggu saja kehancuran Indonesia kita.

Karena itulah yang digunakan negara dalam mengambil kebijakan dalam bidang politik, hukum, atau kemanusiaan bukanlah Alquran, Injil, Tripitaka, Weda, atau kitab suci sebuah agama, melainkan Pancasila, Undang-Undang Dasar '45, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Dalam perspektif Pancasila, setiap pemeluk agama bebas meyakini dan menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka tak berhak memaksakan sudut pandang dan ajaran agamanya untuk ditempatkan sebagai tolok ukur penilaian terhadap pemeluk agama lain.

Hanya karena merasa paling benar, umat agama A tidak berhak mengintervensi kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan.

Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan pada anak cucu kita betapa negara ini nyaris tercerai-berai bukan karena bom, senjata, peluru, atau rudal, tapi karena orang-orangnya saling mengunggulkan bahkan meributkan warisan masing-masing di media sosial.

Ketika negara lain sudah pergi ke bulan atau merancang teknologi yang memajukan peradaban, kita masih sibuk meributkan soal warisan. Kita tidak harus berpikiran sama,
tapi marilah kita sama-sama berpikir.

Ternyata banyak respon positif dari berbagai netizen dengan status dari remaja ini, diantaranya:

"Dek, tolong penuhi media sosial dengan tulisan-tulisan seperti ini. Banyak kakak-kakak, om-om, tante-tante, kakek, nenekmu di dunia ini yang ternyata tidak sedewasa usianya (baca: kekanak-kanakan) dan perlu belajar darimu," ujar akun Esther Iriani Hutapea.

"Afi, baca tulisnmu itu mesti meneduhkan hati setiap orang, saya doakan kamu menjadi penerus Bangsa Indonesia yang dapat dibanggakan oleh dunia," kata akun Endang S.

Kemudian tidak lama dari post status remaja itu, ternyata akun nya telah ditaguhkan oleh Facebook entah dengan penjelasan yang tidak jelas. tak lama dari itu juga, pemilik akun facebook itu (Afi Nihaya Faradisa) membuat caption di IG (Instagram) nya dimana ia mengatakan akun facebooknya telah ditaguhkan, berikut captionnya


"TOLONG, DARURAT.
Akun saya atas nama Afi Nihaya Faradisa telah disuspend/ditangguhkan oleh facebook. Diduga akun saya telah direport/dilaporkan secara bersamaan oleh orang-orang yang tidak menyukai apa yang saya tulis di situ. Selama ini akun itu memang saya gunakan untuk menebar perdamaian dan pesan-pesan positif kepada para pembaca tulisan saya. Akun itu sudah viral, memiliki jangkauan yang luas, serta terdapat 270 ribu followers di sana sehingga efektif untuk digunakan sebagai sarana untuk misi perdamaian Indonesia yang sejak lama saya usahakan."

Berikut berita viral dari internet,semoga bermanfat buat kita semua, dan maaf jika perkataan diatas menurut teman-teman kurang efektif, serta saya sebagai penulis berterima kasih juga kepada "Afi Nihaya Faradisa" :)
Terima Kasih.

Subscribe to receive free email updates:

2 Responses to "Dianggap Kritis, Remaja Asal Banyuwangi ini ditaguhkan Facebook, Karena dianggap terlalu kritis?"

  1. Keren kak, Luar biasa,,, patut dibaca dan dikerjakan

    BalasHapus
    Balasan
    1. banget dek, kadang kasihan lihat orang yang buat semangat tapi di abaikan, bahkan di bully, kita lihat artikel yang kk buat, facebook nya ditaguhkan ;-(

      Hapus

Harap bagi Teman-teman jangan melakukan spam di blog saya, dan bicara kotor, Terima Kasih.